ASC memiliki beberapa jenis
pelatihan ketrampilan di bidang Al-Qur’an yang beberapa di antaranya dilombakan
dalam MTQ, yaitu; Tartilul Qur’an, Tilawatul, Qiro’atul Qur’an, Hifdzil Qur’an, karya
tulis Al-Qur’an dan Cerdas Cermat Al-Qur’an dan kaligrafi.
a. Tartilul
Qur’an
Tartil Al Qur’an adalah salah satu cara membaca
Al-Qur’an dengan tajwid dan lagu. Bacaan pada tartil ini tidak terlalu pelan
dan tidak telalu cepat. Dalam penggunaan lagu, biasanya Murattil (orang yang
membaca tartil ) mengacu pada salah satu Syaikh ahli tartil pada masa tertentu.
Lagunyapun selalu berkembang dari masa kemasa dengan munculnya
murattil-murattil baru. Sebagian besar murottil yang masyhur berasal dari Timur
Tengah, diantaranya adalah Syaikh Abdur Rahman dan As-Sudaisy, Syaikh Khulaimi.
b. Tilawatul Qur’an
Tilawatul Qur’an adalah salah satu cara membaca Al-Qur’an dengan
tajwid dan lagu, namun bacaannya lebih pelan daripada tartil. Lagu yang
digunakanpun lebih spesifik. Dalam Qiro’ah biasanya ada enam lagu dasar yang
sering dipakai, yaitu; bayyati (lagu dasar nada rendah), shoba, sika,
nahawand, hijaz, bayyatti penutup. Tiap lagu dasar tersebut mempunyai
nada tersendiri, yang variasinya bermacam-macam sesuai keinginan dan
ketrampilan Qori’. Biasanya variasi yang digunakan mengacu pada Qurro’ (para
Qori’) handal yang terus bermunculan dari masa
kemasa, seperti H. Muammar Z. dan Hj. Maria Ulfa.
Dalam perlombaan, biasanya maqro’ (surat
yang dibaca) ditentukan dan diberikan beberapa jam sebelum tampil, sehingga
peserta harus siap dengan lagu-lagu yang akan diterapkan pada maqro’ tersebut.
Variasi lagu yang terbaru dan terbaik akan menjadi pertimbangan terbesar dalam
penilaian Qiro’ah. Oleh karena itu, Qori’ harus selalu aktif mencari informasi
perkembangan lagu dari waktu ke waktu.
c. Hifdhul
Qur’an
Adalah kegiatan menghafal Al-Qur’an secara
menyeluruh yaitu 30 Juz sehingga dalam perlombaan MTQ cabang ini, yang
ditekankan adalah kelancaran hafalannya. Namun demikian, lagu yang dibawakan
oleh Hafidz (penghafal) dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an juga memegang
peran penting penilaian.
Dalam tahfidz ini para Huffadz (para
penghafal) dituntut untuk secara continue / istiqomah dalam menghafal
dan membaca Al-Qur’an setiap hari, agar bacaannya lancar dan hafalannya semakin
kuat. Oleh karena itu para Huffadz hendaknya mampu membagi waktunya dengan baik untuk menghafal dan nderes (muroja’ah/mengulang)
disamping kesibukannya sebagai mahasiswa.
d. Tahsinul
Qiro’ah
Tahsinul Qiro’ah adalah memperbaiki bacaan
Al-Qur’an bagi yang dirasa bacaannya belum dikatakan memenuhi tajwid, makhroj,
dan waqaf wal ibtida’nya. ASC akan
bekerjasama dengan lembaga metode baca Al-Qur’an UMI untuk berlangsungnya
Tahsinul Qiro’ah ini dengan harapan bisa meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an
di Universitas Negeri Malang.
e. Karya
tulis Al-Qur’an
Penulisan karya tulis ini tidak jauh berbeda dengan
karya tulis ilmiah pada umumnya, yang membedakan adalah topik atau materi yang
dibahas yang dalam hal ini terfokus pada bidang Al-Qur’an. Sehingga,
sistematika penulisan yang bersifat ilmiah tetap menjadi pertimbangan utama
dalam penilaian..
Sama halnya dengan karya tulis pada umumnya,
penulisan karya tulis Al-Qur’an yang baik juga dituntut untuk memberikan kontribusi
kepada masyarakat umum khususnya mengenai hal-hal yang sedang tejadi saat ini.
Sehingga, perlu bagi penulis untuk mengaitkan kandungan-kandungan Al-Qur’an
dengan peristiwa yang terjadi pada masa kini.
f. Ulumul Al-Qur’an (Fahmil)
Ulumul
Qur’an dalam hal ini adalah cakupan luas dari cerdas cermat Al-Qur’an. Sama
halnya dengan lomba Cerdas Cermat pada, Cerdas Cermat Al-Qur’an dikemas serupa
dengan kuis yang terdiri dari beberapa babak dan pesertanya terdiri dari
beberapa kelompok. Di dalam Cerdas Cermat Al-Qur’an ini peserta diasah
pengetahuannya dalam bidang Al-Qur’an yang meliputi sejarah, pemahaman isi,
bacaan dalam Al-Qur’an dan beberapa aspek lain. Kekompakan dan kecepatan
masing-masing kelompok dalam menjawab pertanyaan dari juri juga menjadi salah
satu aspek penilaian.
Materi-materi
yang diujikan dalam perlombaan sebelumnya telah dibukukan sehingga peserta bisa
mempelajari dan memperdalam pengetahuan lain yang bersangkutan dengan materi
yang telah tersedia.
g. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis arab dengan indah
yang merupakan warisan budaya umat islam
terdahulu. Kaligrafi memiliki peranan penting dalam perkembangan agama islam.
Al-Qur’an yang merupakan kitab suci yang sekaligus menjadi dustur atau
undang-undang bagi umatnya lebih indah dibaca dan dipelajari dengan adanya
kaligrafi.
Kaligrafi terus berkembangan dari masa ke masa
sehingga pada saat ini dapat dijumpai berbagai model, bentuk serta hiasannya.
Hal tersebut karena para kaligrafer senior tidak henti-hentinya mengembangkan
seni menulis indah kaligrafi. Beberapa model tulisan arab yang telah menjadi
kaedah dasar dalam penulisannya adalah Khot Tsulusi, Khot Diwani, Khot
Riq’I, Khot Khufi, Khot Naskhi dan Khot Raihani.
Dalam MTQ, kaligrafi terdiri dari beberapa cabang
yaitu Naskah, Hiasan dan Dekorasi. Pada cabang Naskah, penilaian utama ada pada
kebenaran kaedah khot. Sedangkan pada cabang Hiasan dan Mushaf, selain
kebenaran kaidahnya, penilaian utama terletak pada keindahan dan kreatifitas
peserta yang diwujudkan dalam penggunaan warna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar